Dokter anak dr. Vicka Farah Diba M.Sc SpA. dalam program mingguan Bincang Sehat/Farah
Dokter anak dr. Vicka Farah Diba M.Sc SpA. dalam program mingguan Bincang Sehat/Farah
KOMENTAR

DI TENGAH masa pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini, salah satu hal yang perlu jadi sorotan orangtua adalah penggunaan gawai atau screen time pada anak. 

Pasalnya, disadari atau tidak, di saat kegiatan sekolah masih dilakukan secara daring, serta mobilitas masih dibatasi demi mengerem penularan virus corona, bisa jadi penggunaan gawai oleh anak-anak di rumah semakin meningkat.

"Jika merujuk pada data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), selama masa pandemi, screen time pada anak, terutama televisi dan YouTube mengalami peningkatan," ujar dokter anak dr. Vicka Farah Diba M.Sc SpA. dalam program mingguan Bincang Sehat bertajuk "Awas Screen Time Kebablasan Untuk Anak Di Masa Pandemi" yang diselenggarakan pada Kamis (10/6).

Padahal, sambungnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengiangatkan soal dampak dari paparan screen time yang berlebihan pada anak, bukanhanya secara fisik namun juga secara psikologis. 

"Dari dampak fisik bisa dilihat, pola hidup tidak sehat, bisa memicu ke arah obesitas karena juga tidak bergerak saat di rumah saja. Selain itu juga perubahan pola tidur hingga meningkatkan kemungkinan miopi (rabun jauh)," jelasnya. 

Dampak lainnya dari penggunaan gawai yang berlebih pada anak yang juga kerap kali tidak disadari orangtua adalah perubahan emosional sang buah hati. 

"Screen time berlebih juga berkaitan dengan gangguan lainnya. Dalam beberapa kasus yang saya temui, cukup banyak keluhan di mana orangtua tidak menyadari bahwa hal itu berkaitan dengan screen time berlebih, seperti gangguan belajar, mood yang cepat. berubah, mudah marah, sulit diatur atau sering tantrum," kata Dokter Vicka yang juga merupakan penulis buku "Yuk Batasi Bermain Gadget".

Dia menjelaskan lebih jauh mengapa hal tersebut bisa terjadi. Penggunaan gawai yang belrebihan pada anak bisa menimbulkan rasa senang di pusat dopamine anak. 

Hormon dopamine sendiri merupakan senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Hormon ini juga kerpa dikenal dengan istilah happy hormone 

Sayangnya, jika penggunaan gawai terlalu lama dibiarkan terus-menerus, maka semakin lama akan menurunkan stimulus anak sehingga otaknya semakin tidak sensitif terhadap dopamine. 

"Kondisi ini sangat. rentan terjadi, karena otak anak-anak masih dalam masa perkembangan. Sehingga jika kondisi semacam itu dibiarkan terus menerus, maka anak akan menjadi tidak sensitif terhadap dopamine dna menyebabkanya mudah gelisah, cemas atau mengallami gangguan emosional lainnya," tandasnya.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting